Memberi Kesempatan Kedua Atau Tidak

Well, ini membuta perdebatan di diri saya, perdebatan antara hati nurani dan akal sehat saya.

Saya pernah terluka oleh seseorang yang mungkin pernah menjadi bagian terpenting dalam hidup saya, saya merasa diperlakukan dengan buruk, kepercayaan yang saya beri sirna begitu saja, dan akhirnya hati saya sangat terluka. Dan kadang, meskipun saya mulai terbiasa dengan rasa sakit ini, tapi tetap saja saya terus memikirkan mengapa "dia" mampu bertahan dalam diri saya dalam jangka waktu yang lama.

Kenangan masa-masa indah bersamanya yang terus berulang kerap menghidupkan kembali rasa sakit yang selama ini berusaha saya lupakan, bahkan waktu pun sulit untuk melepaskan.

Hal ini tak hanya menyebabkan diri saya tak bahagia, dan dapat merusak hubungan saya dengan siapa saja, mengalihkan perhatian saya dari teman-teman dan keluarga, dan hal yang terpenting adalah membuat diri saya enggan untuk membuka diri terhadap hal-hal baru di sekitar saya, terutama seseorang yang mungkin mencintai saya. Intinya: saya terjebak dalam siklus kemarahan dan sakit hati. Saya lupa betapa indahnya hidup ini ketika bayangan masa lalu terus saya biarkan menghampiri..

Well, benci dan dendam adalah dua hal yang mengisap kebahagiaan dalam diri saya. Tak ada yang sempurna di dunia ini. Sebuah luka tak harus membuat saya terpuruk, tapi seharusnya menjadikan diri saya pribadi yang lebih dewasa, karena selalu ada pelajaran yang bisa saya petik dalam setiap masalah.

Dan, jika memang dia yang pernah buat saya terluka, dia yang pernah menjadi bagian terpenting dalam hidup saya, pantas mendapat kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki kesalahannya, saya akan berikan kesempatan itu. Mengikuti kata hati saya, mungkin dalam kesempatan kedua ini saya dan dia mampu melihat segala perbedaan adalah sesuatu yang seharusnya menyatukan hati kami bersama. Namun kata hati saya sampai saat ini masih ragu. Dan keraguan itu harusnya ditinggalkan untuk tidak memilih. Melihat kedepan untuk kebaikan.